Sabtu, 21 Juli 2012

Kondisi Laut Dunia Semakin Memprihatinkan

Posted by Palui On Sabtu, Juli 21, 2012 No comments
Pemanasan global akibat ulah manusia semakin mengancam kehidupan di bumi ini. Laut, yang meliputi sekitar 75% muka bumi dari tahun ke tahun menunjukkan reaksi karena kehancuran lingkungan.

activistpost.com


Menurut konsultan Blue Planet BBC Profesor Callum Roberts, mulai dari paus hingga plankton, vitalitas laut berada dalam bahaya serius. Selama 30 tahun terakhir, tiga perempat megafauna laut dunia hilang dan seperempat karang mati.

Di Eropa utara, stok ikan berkurang hingga 99%. European Commission juga memperingatkan, spesies ikan cod, hake dan makarel akan menghilang dalam satu dekade mendatang.

“Laut berubah drastis 30 tahun terakhir di semua sejarah manusia. Dalam 40-50 tahun lagi, laut akan menjadi zona mati yang tak ada makhluk hidup di dalamnya,” katanya.

Kapal pukat harimau, jaring listrik dan jaring yang lebih besar menjadi sumber ancaman itu.

“Untuk mencegah hal tersebut, kita bisa mulai hanya memakan ikan yang bisa berkelanjutan. Mulai mendaur plastik dan mengurangi penggunaan fosfat,” papar Callum Roberts lagi.


 topnews.in

Sementara, menurut National Research Council AS, peningkatan ketinggian air laut ini meningkatkan risiko banjir dan kerusakan akibat badai, erosi serta hancurnya lahan basah. Meningkatnya ketinggian laut telah lama dianggap sebagai konsekuensi perubahan iklim.

Seperti dikutip StraitsTimes, laporan meramalkan, pada tahun 2100, pesisir barat AS mulai dari batas Mexico hingga Cape Mendocino akan meningkat. Parahnya peningkatan yang terjadi lebih tinggi dari proyeksi yang ada sebelumnya diramalkan meningkat 50-140cm.

Bisa ditebak, dampaknya tidak hanya dirasakan di Amerika saja. Negara kita sebagai negara kepulauan mengalami ancaman lebih besar lagi. Hmmm..... 60 - 80 tahun mendatang, apakah Indonesia masih ada?






[dari banyak sumber]
Ada harapan bagi bangsa ini untuk mengelola sampah menjadi energi yang berguna buat masyarakat banyak. Sampah kini bisa berguna menjadi tenaga listrik.
 lembagaenergihijau
Bambang Sudarmanta, dosen Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) yang jadi penggagasnya. Idenya berawal ketika melihat banyaknya tumpukan sampah di sekitar kampus ITS.

Melihat kondisi itu, tercetuslah ide untuk membuat pembangkit listrik bertenaga sampah, agar lingkungan di kampus ITS tetap bersih, bebas dari sampah. Guna mewujudkan mimpinya, sehari-hari waktunya dihabiskan  dalam rumah kompos kampus ITS Surabaya.

Bagaimana proses kerjanya?

Proses pengolahan sampah untuk menjadi energi listrik sendiri melalui program pengolahan sampah di ITS akan dilakukan dengan tiga cara, yakni pembakaran, gasifikasi dan fermentasi.

Pada proses pembakaran, sampah yang telah dipilah akan dikelompokan dalam beberapa kategori. Lalu,  panas dari pembakaran - hingga mencapai 600 bar - tersebut dialirkan ke turbin untuk menggerakan generator dan menghasilkan listrik. Sampah anorganik yang tidak bernilai ekonomis akan dibakar dalam insenerator dan dimanfaatkan untuk memanaskan ketel.


 
 voaindonesia.com
Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan metode gasifikasi. Metode ini berbeda dengan metode sebelumnya karena tidak dilakukan pembakaran. Dalam metode ini, sampah yang berupa biomassa akan diubah menjadi synthetic gas yang kemudian akan dimurnikan kembali. Gas yang telah dimurnikan tersebut akan digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel atau mesin bensin.

Selain dua cara tersebut, Bambang dan timnya juga telah mengembangkan metode lain yakni metode fermentasi. Diakui olehnya, metode ini belum pernah diterapkan pada sampah.

Untuk 4 sampai 6 jam beroperasinya, alat pembangkit listrik tenaga sampah ini, dapat menghasilkan energi listrik sebesar 2 kilo watt dan listrik tersebut dapat langsung digunakan dan juga bisa disimpan dalam baterai atau aki (accu) untuk penerangan malam hari.

"Banyak sampah yang menumpuk, kami bakar kemudian panasnya dialirkan untuk menggerakkan generator, " kata dosen bergelar doktor tersebut.

Rencana ke depan, listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga sampah ITS ini, akan digunakan untuk sumber energi lampu di kawasan kampus ITS.

Selama pembuatan alat ini, Bambang sudah menghabiskan dana hingga Rp. 200 juta. Pastinya, dana sebesar itu tidak berarti dibanding hasilnya, pemanfaatan sampah menjadi tenaga listrik yang berguna bagi orang banyak.
Sumber:
okezone

KFC Perusak Hutan Indonesia?

Posted by Palui On Sabtu, Juli 21, 2012 No comments
Setiap membeli ayam goreng KFC dalam jumlah besar, biasanya menggunakan wadah ember besar khas KFC. Tahukah kamu bahwa kelompok pecinta lingkungan Greenpeace mengklaim kemasan tersebut jadi penyebab hancurnya hutan di Indonesia?
 

 
Seperti dilansir Daily Mail, Senin (28/05/2012), klaim Greenpeace diungkapkan setelah sebelumnya mereka melakukan penelitian secara independen dan mandiri terhadap kemasan berbahan dasar kertas yang dipakai KFC di tiga negara, yaitu China, Indonesia dan Inggris.

Para peneliti dari Greenpeace melakukan uji coba selama dua tahun dengan cara mengambil berbagai sampel yang digunakan oleh restoran KFC, mulai dari gelas, kardus, bungkus kentang goreng, tisu dan wadah. Hasilnya mereka menemukan kandungan serat yang digunakan berasal dari hutan tropis di Indonesia.

Dalam laporannya, Greenpeace menyebut perusahaan raksasa Asia Pulp and Paper (APP) menjadi biang keladi kerusakan yang terjadi karena mereka memasok kertas kepada perusahaan induk KFC, Yum! Brands.

Selama ini ladang terbesar yang dimiliki oleh APP berada di Indonesia, atau lebih tepatnya di kepulauan Sumatera. Menurut laporan yang dilansir oleh Global Forest Watch, ada sekitar 5 juta hektar area hutan yang menghilang setiap tahun akibat penebangan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.




Fakta ini jelas menyebabkan rusaknya lingkungan dan terancamnya habitat spesies langka yang ada di sana, termasuk di dalamnya Macan Sumatera statusnya diambang kepunahan.

Bukti lain yang disampaikan oleh Greenpeace adalah nama perusahaan yang ada dalam kertas tisu yang digunakan oleh KFC. Dalam kertas itu terdapat nama PT. Pindo Deli, yang diklaim sebagai kepanjangan tangan dari perusahaan APP.

Menanggapi hal ini, pihak KFC di Inggris dan Irlandia menolak tuduhan tersebut. Mereka menyebut tidak menggunakan bungkus produk dari perusahaan APP. Sementara itu, pihak APP juga memberikan sangkalan yang sama terhadap tuduhan itu. Mereka mengatakan produk olahan berbahan dasar kertas itu tidak berasal dari Indonesia.
 
 
 
Sumber:
memobee.com

Earth Day? Masyarakat Indonesia sudah Lama Menjaganya

Posted by Palui On Sabtu, Juli 21, 2012 No comments
Memperingati Earth Day (Hari Bumi) 22 April, maka Google memajang animasi bunga (tanaman) pada laman mesin pencari.

Gerakan kesadaran ini memang bagus, menggedor nurani kita untuk kembali menjaga bumi. Sekaligus jadi bukti, bahwa modernisasi yang tercipta sejak lahirnya jaman industri di abad 18 ternyata membawa bumi pada kehancuran selama ratusan tahun sesudahnya.
Sesungguhnya, di antara masyarakat modern yang mengaku paling beradab, masyarakat-masyarakat adat yang tetap hidup 'sederhana' dan seolah tak tersentuh modernitas justru menghadirkan fakta kalau mereka benar-benar penjaga bumi sesungguhnya.

7 di antaranya adalah:
Dayak Iban

Masih banyak suku-suku dayak di Kalimantan yang berusaha plus berjuang tetap menjaga hutan. Kita ambil contoh dari satu yang paling populer: Suku Dayak Iban.

Dayak Iban di Dusun Sungai Utik Desa Batu Lintang, Kecamatan Embaloh Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat memiliki hutan cadangan di Sungai Utik, di area ini ditumbuhi kayu meranti, kapur, ladan, dan beragam jenis rotan.

'Disini sudah ada satu aturan, satu kepala keluarga maksimal satu tahun boleh menebang 30 batang'', kata Raymundu Sremang, Kepala Desa Batu Lintang. Sanksi adat berupa denda akan diberikan bagi para pelanggar, '' Didenda sebesar Rp 500 ribu, dan itu pernah terjadi''.

Dayak Iban menyadari bahwa "Hutan memberi kami air bersih, sehingga darah kami bersih. Tanah kami utuh, tanah menua dan tidak dibabat. Hutan kami menangkap karbon, gas yang beracun sehingga kami terlindung dan kami tidak terkena penyakit."

Berbagai alasan itu pula yang membuat suku Dayak Iban di kawasan Sungai Utik menolak tawaran investor untuk mengubah hutan adat menjadi perkebunan kelapa sawit, yang banyak dibuka di kawasan perbatasan Sarawak Malaysia itu.

Kearifan menjaga hutan ini tahun 2008, Sungai utik merupakan Hutan Adat yang pertama mendapat sertifikat ekolabel, dalam pengelolaan hutan lestari dari Lembaga Ekolabel Indonesia.

Suku Rejang Jurukalang

Masyarakat adat Jurukalang yang berada di beberapa kawasan Bengkulu memiliki kearifan lokal dalam melestarikan hutan. Mereka mempunyai undang-undang sebagai berikut:

Undang-Undang Simbur Cahayo. Meskipun undang-undang ini dibuat oleh Belanda (van Bossche) dan kemudian dilakukan beberapa perubahan di dalamnya adalah salah satu sumber undang-undang adat yang tertulis yang selalu dijadikan sebagai referency dalam penyelesaian sengketa yang terjadi di Masyarakat Jurukalang

Taneak Tanai. Sebutan untuk hamparan tanah dalam lingkup komunitas adat yang dimiliki secara komunal dan biasanya adalah bagian wilayah kelola warga.

Setiap pihak yang mengelola di kawasan tertentu di dalam taneak tanai wajib untuk menanam tanaman-tamanan keras yang bernilai konservasi dan ekonomi seperti petai, durian dan lainnya sebagai tanda wilayah tersebut telah dimiliki oleh seseorang dan keluarga tertentu.
Utan atau Imbo Piadan. Ini penyebutan untuk hutan yang dipercayai ada penunggu gaib sehingga ada beberapa prasyarat untuk membuka kawasan ini jarang ada warga yang berani membuka hutan larangan ini, di Jurukang kawasan Bukit Serdang adalah kawasan yang dipercayai mempunyai kekuatan gaib yang memelihara kawasan tersebut

Adat Rian Cao. Adalah adat tata cara atau istilah local untuk menyebutkan kearifan lokal, adat tata cara ini berkembangan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan warga komunitasnya
Penebangan Pohon Madu yang disebut dengan Sialang adalah pantangan berat untuk ditebang, jika ditebang akan dikenakan denda setengah bangun atau setengah dari denda membunuh orang.

Begitu juga dengan menebang pohon-pohon di sekitar pohon sialang dianggap juga sebagai pantangan adat, sialang dianggap sebagai hak komunal dan ketika panen maka biasanya diketahui oleh seluruh masyarakat komunitas dan ada bagian tertentu dari hasil panen yang tidak boleh diambil dan dibiarkan tinggal di sekitar pohon karena dianggap itu adalah hak penunggu gaib dari pohon, proses panennya pun diiringi oleh nyayian-nyayian pujian baik pujian terhadap kayu maupun pujian terhadap penunggunya.


Suku Wana

Praktik kultural masyarakat Wana (Tau Taa Wana Bulang) di Sulawesi Tengah terwujud dalam sejumlah acara ritual yang masih menganggap hutan memiliki ‘kekuatab gaib’.

Praktik budaya lokal ini berdampak positif terhadap konservasi hutan yang dilakukan masyarakat Wana.

Ada 14 bentuk praktik ritual kearifan lokal yang dijalankan masyarakat Wana dalam melestarikan hutan dan lingkungan sekitarnya. Beberapa di antaranya ialah ritual Manziman Tana (mohon izin), Monguyu sua (ritual penanaman pertama), Mpopondoa Sua (memberikan kekuatan hidup pada pohon), Palampa Tuvu (menolak bahaya), Nunju (mengusir roh jahat), Ranja (mengusir wabah), dan Polobian (pengobatan).

Suku Naga

Tempat permukiman Suku Naga di Jawa Barat diapit dua buah hutan. Hutan pertama yang terletak di sisi Sungai Ciwulan disebut Leuweung Biuk. Leuweung dalam bahasa Sunda artinya hutan.

Namun, yang membedakan kawasan hutan di daerah itu dengan daerah lainnya di luar Kampung Naga adalah, keadaan tumbuhan Leuweung Biuk dan apalagi tumbuhan di Leuweung Larangan tetap terjaga utuh. Kawasan itu tampak hijau dengan berbagai jenis tumbuhan yang secara sengaja dibiarkan tumbuh secara alami. Terhadap tumbuhan tersebut, tak seorang pun anggota masyarakat Suku Naga berani merusaknya karena kedua areal hutan itu dikeramatkan.

Kawasan hutan kedua disebut LEUWEUNG Larangan yang luasnya kurang lebih tiga hektar, dikeramatkan karena di sana dimakamkan leluhur masyarakat Suku Naga, Sembah Dalem Eyang Singaparana.

Peristiwa-peristiwa seperti banjir, kekeringan, serangan hama dan penyakit tanaman padi yang mengakibatkan panen gagal atau berkurang produksinya misalnya, dianggap sebagai peristiwa yang tidak lepas dari hukum sebab akibat. Karena itu, ketika terjadi perambahan tanah adat yang kemudian dijadikan hutan industri dan perkebunan, masyarakat adat Suku Naga sudah memperkirakan apa yang akan terjadi selanjutnya.



Suku Kajang
Disebut juga masyarakat adat Ammatoa. Hidup di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, mengelola sumberdaya hutan secara lestari, meskipun secara geografis wilayahnya tidak jauh (sekitar 50 km) dari pusat kegiatan ekonomi dan pemerintahan Kabupaten Bulukumba.
Hal ini disebabkan oleh hubungan masyarakat adat dengan lingkungan hutannya didasari atas pandangan hidup yang arif, yaitu memperlakukan hutan seperti seorang ibu yang harus dihormati dan dilindungi (Suriani, 2006)

Mereka mempraktekkan cara hidup sangat sederhana dengan menolak segala sesuatu yang berbau teknologi. Bagi mereka, benda-benda teknologi dapat membawa dampak negatif bagi kehidupan mereka, karena bersifat merusak kelestarian sumber daya alam. Komunitas yang selalu mengenakan pakaian serba hitam inilah yang kemudian disebut sebagai masyarakat adat Ammatoa (Widyasmoro, 2006).

Masyarakat Ammatoa memraktekkan sebuah agama adat yang disebut dengan Patuntung. Ajaran ini menyandarkan diri pada tiga pilar utama, yaitu menghormati Turiek Akrakna (Tuhan), tanah yang diberikan Turiek Akrakna, dan nenek moyang (Rossler, 1990).

Kepercayaan dan penghormatan terhadap Turiek Akrakna merupakan keyakinan yang paling mendasar dalam agama Patuntung. Masyarakat adat Kajang percaya bahwa Turiek Akrakna adalah pencipta segala sesuatu, Maha Kekal, Maha Mengetahui, Maha Perkasa, dan Maha Kuasa (Hasbi, 2005: 270).

Mereka meyakini bahwa di dalam hutan terdapat kekuatan gaib yang dapat menyejahterakan dan sekaligus mendatangkan bencana ketika tidak dijaga kelestariannya. Kekuatan itu berasal dari arwah leluhur masyarakat Kajang yang senantiasa menjaga kelestarian hutan agar terbebas dari niat-niat jahat manusia (Aziz, 2008).

Jika ada orang yang berani merusak kawasan hutan, misalnya menebang pohon dan membunuh hewan yang ada di dalamnya, maka arwah para leluhur tersebut akan menurunkan kutukan. Kutukan itu dapat berupa penyakit yang diderita oleh orang yang bersangkutan, atau juga dapat mengakibatkan berhentinya air yang mengalir di lingkungan Tanatoa Kajang.

Satu lagi prinsip hidup yang patut dicontoh disebut tallase kamase-mase. Secara harfiah, tallase kamase-mase berarti hidup memelas, hidup apa adanya. Memelas, dalam arti bahwa tujuan hidup warga masyarakat Kajang menurut pasang adalah semata-mata mengabdi kepada Turek Akrakna.

Prinsip tallase kamase-mase, berarti tidak mempunyai keinginan yang berlebih dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk makan, maupun dalam kebutuhan pakaiannya. Dengan cara yang demikian, maka keinginan mendapatkan hasil berlebihan dari dalam hutan dapat dihindari,



Warga Adat Molo

Ini sebuah kisah perjuangan suku adat di Timor Tengah menjaga hutan mereka. Karena hutan, tanah, air dan batu tak bisa dibuat maka Suku Molo dan Pubabu Besipae di Timor Tengah Selatan, tak akan pernah menjual sumber alam itu.

“Belilah meja, akan kami buatkan, belilah padi biar kami tanam.” Begitu mereka berseru kepada sejumlah perusahaan tambang yang ingin mencabik-cabik gunung dan hutan mereka
Ya, gunung batu Naitapan yang terletak di dekat wilayah mereka diiris habis oleh PT Sumber Alam Marmer.

Maka protes pun dilakukan. Beberapa lelaki Molo duduk sembari menggelung kaki, di rumah adat setempat yang disebut Lopo, di Nausus, Molo Utara, Nusa Tenggara Timur. Mereka menyanyikan lagu berjudul Batu Naitapan, sambil mengikuti iramanya dari sebuah rekaman di telepon seluler. Lagu ini diciptakan masyarakat adat akibat aksi eksplorasi para penambang.

Bertanam di lahan bekas tambang
Lalu warga menduduki lereng-lereng Gunung Batu Fatuliki, menghentikan aktivitas tambang yang memotong gunung batu itu, sambung seorang tokoh adat Wiliambae Satu.

“Semua masyarakat sini kami punya kebun di sekitar batu, tidak mau merusak alam. Kalau rusak alam berarti kami mau tinggal di mana, mau makan apa? Kebun semua di sekitar pohon batu. Kami duduk sama-sama, gelar tikar, tidur kayak sapi. Siang malam. Hujan-angin. Karena kami punya batu adalah nama dan sejarah dari nenek moyang. Jadi kami tak mau merusak itu.”

Mentawai

Yang terakhir, saya ingin bercerita pengalaman saat mengunjungi Mentawai paska diterjang Tsunami 2010 silam.

Foto: Tirtoandayanto M.R.
Saat tim kami mengunjungi Pulau Siberut untuk melihat apakah dampak bencana terasa hingga ke pedalaman, kami menuju Desa Matotonan. Cara mencapai desa terjauh di hulu sungai Siberut Selatan ini, harus menyusuri sungai nan berliku menggunakan pompong. Yakni, sejenis sampan kecil bermotor.

Sepanjang puluhan kilometer, kami tak melihat sampah sedikit pun. Dan, baru tahu alasannya saat 'ngemil' selama perjalanan, Pak Anwar berpesan dengan lantang, "Jangan buang sampah ke sungai, ya." Hal tersebut jadi bukti betapa masyarakat adat Mentawai ternyata sangat menjaga hutan mereka.

Suku pedalaman yang masih bercawat dan tato di sekujur tubuh ini meyakini kepercayaan Sabulungan. Mereka percaya ada tiga penguasa di alam yakni Tai Kabagat Koat (Roh laut), Tai Ka Leleu (Roh hutan dan gunung), dan Tai Ka Manua (Roh langit).

Foto: Tirtoandayanto M.R.
Maka, tak mudah bagi penduduk lokal dalam menebang pohon. Setiap pohon yang akan ditebang ada ritualnya, dan dipimpin oleh Sikerei (dukun/tabib).
***
Segala uraian semua masyarakat adat di atas merupakan gambaran nyata, bahwa orang asli Indonesia memang menjaga bumi. Di lain kesempatan saya akan tulis bukti lain soal arsitektur asli, sehingga makin jelas kalau masyarakat adat kita yang bisa hidup 'berdamai' dengan tanah yang dipijaknya.

Kita, masyarakat kota nan modern dan mengaku punya agama paling mulia, sering mengutuk kepercayaan sinkritisme (pagan) penduduk pedalaman sebagai orang kafir dan tak bertuhan.

Padahal, mereka punya cara sendiri menjalin cinta dengan Yang Maha Kuasa. Hebatnya lagi, mereka punya "tindakan nyata" sebagai bukti menjaga bumi yang sudah diciptakan Sang Penguasa Surga.




Sumber:

sintang.com/
satuportal.net/
hasbihtc.blogspot.com
notes/eka-pasers
www.malaysiasite.nl
melayuonline.com
infosulawesitengah.
sandipras.blog.com

Rumah Dari 30.000 Botol Bekas

Posted by Palui On Sabtu, Juli 21, 2012 No comments
Guna memanfaatkan botol bekas, seorang arsitek dari Bandung membuat "Rumah Botol".
 
Ridwan Kamil (38) memiliki sebuah ide gagasan yang sangat brilian. Ketua Bandung Creative City Forum (BCCF), memanfaatkan botol-botol bekas untuk membangun rumah sebagai huniannya.
 
Rumah hasil karya Ridwan Kamil ini tidak cukup mendapat acungan jempol saja, rumah uniknya mendapat gelar juara dalam Green Design Award 2009, yang diselenggarakan oleh BCI Asia (Building Construction Information Asia).
 
Rumah tinggalnya yang memanfaatkan botol bekas minuman berenergi itu ternyata berhasil menyisihkan karya delapan puluh peserta lain dari delapan negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Hongkong, dan Cina. Sungguh benar-benar prestasi anak bangsa yang sangat membanggakan.
 
Bermula dari ide saat  melihat pekerja bangunan di rumahnya yang sering minum minuman berenergi, ide memanfaatkan botol bekas pun muncul.
 
“Ide membuat rumah botol itu datang dari pekerja yang menggarap rumah saya. Mereka itu sering mengonsumsi minuman berenergi itu. Botol-botolnya jadi sampah. Dari situ mulai ada ide, apalagi warnanya cokelat, senada dengan warna kayu,” ucap pria kelahiran Bandung, 4 Oktober 1971 itu.
 
Ridwan Kamil  menghabiskan 30.000 botol bekas untuk membangun rumahnya, yang berdiri di atas tanah seluas 373 meter persegi, di kawasan Cigadung Selatan. Botol-botol bekas yang ia gunakan sengaja ia pasang di tempat yang dilalui sinar matahari, tujuannya adalah untuk menangkap dan membiarkan sinar matahari tersebut dapat tembus ke dalam rumah.
 
Dindingnya yang terbuat dari kaca, membuat sinar matahari lebih mudah masuk sehingga tidak perlu menyalakan lampu pada siang hari. Selain ramah lingkungan, rumah botol juga berjasa dalam penghematan energi dan mengurangi dampak pemanasan global. Rumah botol ini juga terkesan sangat artistik dilihat.
 
Ide kreatifnya ternyata mendapat sambutan luar biasa. Sebelum mendapatkan penghargaan ini, rumah botolnya sudah mendapat perhatian dari media internasional. Media dari Singapura, Thailand, dan Amerika Serikat, telah mempublikasikan karya arsitek urban lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu sehingga Ridwan Kamil mendadak tenar karena “Rumah Botol” nya tersebut.
 
Kita tentunya dapat meniru ide kreatif Ridwan Kamil untuk mendaur ulang botol-botol bekas yang ada disekitar kita untuk meminimalisasi penumpukan sampah yang bisa mengancam kehidupan anak cucu kita nanti.

 

BBM Dari Lemak Buaya

Posted by Palui On Sabtu, Juli 21, 2012 No comments
Cadangan minyak bumi saat ini semakin menipis, hal ini mendorong manusia untuk mencari bahan bakar alternatif. Berbagai macam bahan mulai dari kedelai, jagung bahkan biji jarak diolah menjadi bahan bakar. Namun, bagaimana bila buaya yang dijadikan sebagai bahan bakar alternatif?



Di Amerika Serikat, buaya diternakkan untuk diambil kulit dan dagingnya. Namun bagian lain tidak digunakan seperti lemak buaya. Setiap tahun ada sekitar 7 juta kilogram lemak buaya yang terbuang sia-sia dan hanya berstatus sebagai limbah. Padahal lemak buaya ini bisa diolah menjadi bahan bakar.

Hal ini membuat para peneliti di University of Louisiana di Amerika Serikat berinisiatif mengolah lemak buaya tersebut. Para peneliti ini berusaha untuk mengkonversi lemak buaya menjadi biodiesel, yang dapat digunakan oleh kendaraan dan membantu industri otomotif Amerika yang sedang dirundung masalah, akibat terus meningginya harga bensin dan solar.

Dr. Rakesh Bajpai yang menjadi peneliti, menjelaskan bahwa 7 juta kilogram lemak buaya itu sebetulnya bisa diubah menjadi 4.730.000 liter biodiesel.


Tingginya biodiesel yang bisa dihasilkan dari lemak buaya itu, karena sekitar 61 persen massa dari lemak buaya dapat diubah menjadi cairan yang cocok untuk membuat biodiesel.

Selain itu, biosolar dari lemak buaya, 9 persen lebih ramah lingkungan dari pada solar yang terbuat dari minyak bumi. Kualitasnya juga setara dengan biodiesel dari kedelai, jika dibandingkan dengan kebanyakan lemak hewan lain, kualitas lemak buaya pun tergolong lebih tinggi.

Andai setiap negara mau bersusah payah mencari bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, sesungguhnya ada banyak hal yang bisa diolah. Sehingga tidak ada lagi tergantung 100 persen pada minyak bumi, yang cadangannya semakin menipis.


Sumber :
zonapencarian.blogspot.com

Perubahan Iklim Geser Pohon ke Kutub Utara

Posted by Palui On Sabtu, Juli 21, 2012 No comments
Perubahan iklim kini menjadi salah satu musuh utama benua Artik. Bagaimana tidak, kondisi yang tercipta akibat pencemaran lingkungan ini berpotensi menganggu ekosistem yang ada di sana.

Diperkirakan,pada tahun 2100 nanti, pepohonan akan menyebar sejauh 500 km ke utara benua yang diselimuti es abadi tersebut.


http://media.vivanews.com/thumbs2/2011/05/14/111038_pepohonan-di-kawasan-arktika_300_225.jpg

Situasi ini akan membuat es yang berada di lautan Artika mudah mencair. Selanjutnya, perubahan struktur tanah yang terjadi akan menarik spesies-spesies pepohonan lain dari Selatan seperti pohon pinus, atau hewan seperti rubah bergerak menuju Utara.

"Perubahan seperti ini terjadi lebih cepat dari yang kami antisipasi sepuluh tahun lalu," kata Aevar Petersen, ketua Konservasi Flora dan Fauna Artik (CAFF), seperti dikutip dari Scientific American, 14 Mei 2011.

"Mulai saat ini hingga 2100 mendatang, para Ilmuwan memperkirakan pepohonan akan bergerak hingga 500 km ke Utara benua Antartika," lanjut Petersen.

Bila hal ini terjadi, Petersen menegaskan, maka setengah tundra (padang es di kutub) yang tersebar dari Siberia hingga Kanada akan menghilang.

Menurut Peterson, di beberapa tempat, semak pohon pinus dari Selatan telah mengambil alih posisi rumput, lumut, dan lumut tundra. "Pepohonan menyebar ke arah Utara dengan cepat," beber Peterson.

Sebagai informasi, CAFF didukung oleh Dewan Antartika yang terdiri dari Amerika Serikat, Rusia, Kanada, dan lima negara Nordic. Saat ini, menteri luar negeri negara-negara tersebut telah setuju untuk meningkatkan kerjasama regional untuk mengantisipasi situasi ini.

Ahli lainnya mengatakan, perusahan-perusahaan kayu seperti Stora ENSO atau Abiti tidak akan diuntungkan oleh perubahan iklim ini. Pasalnya, kondisi areal tumbuhan yang baik juga berpotensi mendatangkan hama yang banyak hingga kebakaran hutan.

Pemanasan yang terjadi di Artika memang dua kali lebih cepat dibanding pemanasan dunia. Ini disebabkan karena tereksposnya tanah akibat pencairan es atau air yang berwarna gelap akan menyerap lebih banyak panas matahari.

"Jika es mencair, kami mengkhawatirkan kondisi beruang kutub," kata Petersen. "Benar-benar tidak ada tempat untuk pindah," lanjutnya. "Sebuah laporan internasional pekan lalu memproyeksikan bahwa Artika kehilangan lapisan es pada 30 sampai 40 tahun mendatang."



Sumber :
teknologi.vivanews.com

Akibat Ulah Manusia, Laut Banjir Ikan Teri

Posted by Palui On Sabtu, Juli 21, 2012 No comments
Bagi ikan besar seperti tuna dan cod, seabad terakhir bukanlah masa-masa yang menggembirakan. Populasi mereka menukik tajam akibat penangkapan yang berlebihan.

Menurut penelitian terbaru terhadap ekosistem kelautan di seluruh dunia, di saat yang sama, populasi ikan yang lebih kecil seperti sarden dan ikan teri melonjak hingga 130 persen.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8qO9SL3ufbLeCLWC94xWf7-nb9s2MS1qXNdcIJQFbKNUCCZyY8Ci2UPhxwexBdFuaFqIRh3FT8aZyrWIHcebTFj7hakpQqSH-zc6iB76ue01DQKVEgnIwxgZ32uTh-iJw2eRZrx8XMVfL/s400/Paus+Bryde%2527s+1.jpg

Perubahan yang terjadi pada keseimbangan rantai makanan ini merupakan perubahan yang tidak sehat apalagi untuk jangka panjang.

Para peneliti menyatakan, salah satu cara untuk mengatasinya adalah perubahan pola konsumsi manusia, dari memakan ikan yang menjadi predator ke spesies lain yang ada di bagian bawah rantai makanan.

Sekelompok peneliti yang dipimpin Villy Christensen dari University of British Columbia, Kanada menganalisa sekitar 200 jaringan makanan di seluruh dunia. Menggunakan pemodelan, mereka menggambarkan ekosistem kelautan di berbagai periode waktu dari tahun 1880 sampai 2007.

http://media.vivanews.com/thumbs2/2011/03/01/105927_ikan-teri_300_225.jpg

Seperti dikutip dari Sciencemag, Christensen dan timnya kemudian memperkirakan distribusi biomassa di dalam ekosistem, misalnya berapa ton jumlah tuna atau udang, lalu mengekstrapolasi untuk menghitung jumlahnya di seluruh samudera.

Hasilnya, meski pada saat ini peneliti belum bisa menentukan jumlah absolutnya, biomassa ikan berukuran besar telah menurun hingga dua pertiganya dalam 100 tahun terakhir. Dalam 40 tahun belakangan, biomassa mereka turun hingga 54 persen meski penurunannya tidak separah pada 2 dekade lalu.

Yang tidak mengherankan, ikan-ikan yang sebelumnya menjadi mangsa ikan-ikan besar mengalami peningkatan. Biomassa mereka meningkat hingga 0,85 persen per tahun. Dan selama abad terakhir, angkanya telah berlipat ganda.

“Samudera kini sudah sangat berbeda,” kata Christensen. “Di banyak tempat, ikan kecil ini masih menjadi makanan, namun di kawasan seperti barat daya Afrika dan tempat lain, pemangsa ikan-ikan kecil itu sudah tergantikan,” ucapnya.

Christensen menyebutkan, dengan memilih makan sarden, ikan teri dan sejenisnya dan tidak memakan ikan todak, misalnya, manusia bisa menyelamatkan populasi para predator utama di rantai makanan yang kini kian menyusut.

Perubahan pada biomassa laut ini, kata Michael Hirshfield, Chief Scientist of the Advocacy Group Oceana, Washington, sangatlah mengkhawatirkan.

“Populasi ikan kecil cenderung meledak dan kemudian rusak, membuat ekosistem menjadi tidak stabil. Apalagi jika predator yang ada di atasnya telah musnah,” ucapnya.






Sumber :
teknologi.vivanews.com
Perubahan iklim yang ekstrim dapat mengakibatkan hilangnya ciri dari sebuah daratan. Entah itu naiknya permukaan laut, penggurunan, angin musim yang deras, gletser meleleh atau pengasaman laut, perubahan iklim dengan cepat akan mengubah daratan planet kita.

Kita mungkin akan menjadi salah satu generasi terakhir yang dapat melihat dan mengenali 10 tempat di bawah ini yang kemungkinan akan lenyap terlebih dahulu apabila terjadi perubahan iklim yang ekstrim.


1. Taman Nasional Glacier


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvfoRpETZgR0IHK2qWXPAyO8NwHMsufjqQSBrTf6ysCSFh1zaUODXFiN5vSUrRl9__lv3VIcaBO4bmnNenlPLar-KfHX69x7VftHPcE82ePLPxnb47-V1Fx3KVDD8RLRspZz-1aZgRh0lm/s1600/glacier_national_park1.jpg

Lebih dari 100 tahun yang lalu, ada sebanyak 150 gletser bertebaran di seluruh Glacier National Park. Pada tahun 2005, hanya tinggal 27 dan diperkirakan mereka juga akan menghilang pada tahun 2030, atau bahkan sebelum itu.

Banyak dari spesies tanaman dan hewan yang membutuhkan air dingin, yang berarti ekosistem taman dapat berubah secara dramatis ketika gletser hilang.



2. Venesia, Italia


Venesia pernah mengalami banjir parah pada bulan November 2009, ketika tingkat air mencapai 131 cm. Venesia telah lama tenggelam, tapi naiknya permukaan air laut telah membuat situasi lebih mengerikan.

Frekuensi banjir meningkat setiap tahun, meninggalkan banyak pertanyaan berapa lama lagi Venice bisa tinggal di atas air.



3. Great Barrier Reef


Great barrier reef dapat dilihat dari angkasa, tapi muilai menghilang secara bertahap seiring perubahan iklim. Meningkatnya suhu lautan, pencemaran air, pengasaman laut dan badai terus merusak terumbu dan telah menyebabkan pemutihan karang massa.



4. Sahara Afrika


Sahara di Afrika semakin bertambah luas dengan perluasan 0,5 kilometer per bulan. Gurun ini sudah menjadi terbesar di dunia, dan masih bisa meluas lagi kesemua Afrika Utara, mengubah lingkungan benua afrika.



5. Maladewa


Maladewa adalah negara terendah di dunia, dengan ketinggian rata-rata hanya 1,5 meter (4 kaki, 11 inci) di atas permukaan laut. Jika permukaan air laut naik terlalu banyak, negara itu bisa mendapatkan sebuah gelar yang tidak diinginkan, "Negara pertama yang ditelan oleh laut karena pemanasan global."



6. Patagonia


Sebuah keindahan yang tak tersentuh, Patagonia, Amerika Selatan bisa secara dramatis diubah oleh perubahan iklim.

Banyak dinding gletser yang gugur karena meningkatnya suhu dan curah hujan menurun. Meskipun tanah ini tidak akan hilang sepenuhnya, namun pemandangan yang ada akan sangat berbeda jika pemanasan global terus berlanjut.



7. Bangladesh


Terletak di Sungai Gangga-Brahmaputra dataran rendah Delta, Bangladesh berada pusat di badai yang sempurna pada kondisi klimaks. Sekitar 50 persen dari luas wilayahnya akan banjir jika permukaan laut naik 1 meter.

Bencana alam, seperti banjir, siklon tropis, tornado dan pasang surut terjadi di sini hampir setiap tahun sehingga meninggalkan kehancuran yang tragis.



8. Alaska tundra


Pemanasan global memanaskan Arktik dua kali lebih cepat dari seluruh wilayah di dunia, yang berarti Alaska tundra utara yang indah bisa menghilang sepenuhnya bila suhu terus meningkat.

Apabila Alaska tundra mencair, tidak hanya mengubah secara drastis ekosistem, tetapi juga melepaskan karbon tambahan dan ironisnya dapat mempercepat pemanasan global.



9. Australia Selatan



Sama seperti Sahara di Afrika, penggurunan mengancam Australia Selatan. Di seluruh wilayah, pasokan air segar cepat mengering.

Sementara itu, dataran kering meningkatkan terjadinya kebakaran hutan, mengancam pertanian, satwa liar dan ratusan rumah di Australia.



10. Alpen


Alpen Eropa berada di ketinggian lebih rendah dari Rocky Mountains, dan gletser serta resor ski nya lebih rentan terhadap dampak dari pemanasan global. Gletser yang terkenal ini diperkirakan akan menghilang pada tahun 2050.

Sumber :
infosersanucok.blogspot.com

10 Tanda dan Penyebab Kehancuran Bumi

Posted by Palui On Sabtu, Juli 21, 2012 No comments
Seiring dengan majunya zaman dan bertambahnya usia dari bumi ini, para pakar banyak berpendapat bahwa bumi ini sudah tidak dapat di kategorikan kedalam planet yang masih sehat, penyebabnya dirasakan oleh beberapa faktor yang menjadi penentu yang merubah status bumi menjadi tidak sehat.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfjBo8BWaxUixr5y-GyhQavDzZ3YKEAwS6iASEbejt61tbxJ78NAge_L_Yvk2W-jKHDcm4aGR9eYCP_e8hks-RlEA0qUCu0ySNenN_-PV-uwm3iPp0WcykhHuu6cxo1Bd7LM1ZGllKAhb7/s320/051206winterblunderx.gif

Berikut ini adalah sepuluh kategori yang menyatakan bahwa bumi tidak sehat :

1. Melelehnya es di Arktik (Kutub Utara)

Studi terbaru memperkirakan bahwa perairan Arktik bisa meleleh dan bebas dari es pada musim panas minimal 30 tahun lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.

Melelehnya es di Kutub Utara ini bisa memperkuat kecenderungan pemanasan global dan membahayakan penghuni Kutub Utara sendiri, dari manusia hingga beruang kutub.


2. Runtuhnya lapisan es Antartika (Kutub Selatan)

http://img179.imageshack.us/img179/6916/globalwarmingoh0.jpg

Wilkins adalah salah satu dari sembilan lapisan es Antartika yang telah surut atau runtuh dalam beberapa dekade terakhir. Lapisan es yang runtuh paling dramatis adalah Larsen A dan B, yang runtuh secara tiba-tiba pada tahun 1995 dan 2002.


3. Lubang di lapisan ozon

http://bojaiiko.files.wordpress.com/2008/11/sep112005.jpg

Lapisan ozon melindungi penghuni bumi dengan menyerap sinar ultraviolet berbahaya. Tapi banyaknya penggunaan bahan kimia dan polutan dapat membuat lubang besar di lapisan ozon. Dibutuhkan waktu hingga puluhan tahun untuk dapat memulihkan lapisan ozon seperti semula.


4. Meluasnya zona laut mati

Zona laut mati adalah kantong laut yang mana oksigen habis sehingga banyak ikan, kerang dan spesien lain yang tidak dapat bertahan hidup, seperti terdapat di Teluk Meksiko.

Zona ini terbentuk ketika pupuk tercecer dari sungai dan membuat banyak alga (tumbuhan laut yang memproduksi oksigen) mati dan membusuk.


5. Krisis karang laut

Terumbu karang adalah habitat laut yang penting bagi kebanyakan spesies laut. Tapi beberapa dekade terakhir, banyak terumbu karang yang mengalami krisis karena adanya penangkapan ikan yang berlebihan, polusi laut, penyakit, pemanasan dan pengasaman air laut.

Perairan samudera menjadi lebih asam karena menyerap karbon dioksida dari atmosfer. Artinya, semakin banyak polusi udara, makin asam air laut.


6. Penebangan hutan


Kawasan hujan, khususnya hutan hujan merupakan bidang utama keanekaragaman hayati, hutan juga menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen. Tapi laju penebangan hutan secara global bisa mencapai sekitar 32 juta hektar per tahun.

Selain itu, kekeringan yang disebabkan oleh pemanasan global dapat memperburuk situasi hutan di beberapa daerah.


7. Pencemaran air

Dua per tiga dari planet bumi ditutupi dengan permukaan air. Bila air tercemar, tentu saja dapat menyebabkan makhluk hidup di bumi tidak bisa hidup. Dampak pemanasan global juga mengubah pola ketersediaan air untuk minum dan pertanian.


8. Penumpukan gas rumah kaca di atmosfer

Karbon dioksida dan gas penangkap panas lainnya adalah polutan yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca. Banyaknya gas buangan pabrik dan kendaraan akan memperbanyak jumlah emisi gas rumah kaca ini.


9. Hewan terancam punah

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitS0yNPPnqWfGMEuSd3flXUcJYhq6ykKeMZkkcXqGlNtBw0lINQ_Q8mddAvRbvpgQPPjmutncdE1PHE7pUGkiIVSkrEPaABcm6b1fDj0UTWTCJ58LMZVYg28nrP8RcuV9-hUCwJUwYzpIw/s400/polar_bears480.jpg

Ketika habitatnya berubah dan terancam, hewan-hewan yang ada di dalamnya juga mendapat tekanan. Daftar Merah 2008 dari spesies langka yang diterbitkan oleh World Conservation Union mengidentifikasikan hampir 45.000 spesies yang terancam punah.


10. Pesatnya laju pertumbuhan penduduk

Pada tahun 2007, populasi dunia melebihi 6 miliar. Tahun itu juga menandai pertama kalinya dalam sejarah lebih banyak orang tinggal di perkotaan daripada daerah pedesaan. Enam miliar penduduk ini terus bersaing untuk mempertahankan hidup dengan sumber daya alam yang sebenarnya terbatas, seperti air, makanan dan bahan bakar.


Kehidupan bumi dalam hal baik dan buruk tergantung dari apa yang dilakukan oleh manusia itu sendiri yang tinggal di dalamnya, mengelola bumi seharusnya sudah menjadi tanggung jawab kita sebagai khalifahnya dimuka bumi ini.

Sumber :
rank-news.blogspot.com

Giethoorn, Sebuah Desa Unik dan Bebas Dari Polusi

Posted by Palui On Sabtu, Juli 21, 2012 No comments
Giethoorn adalah sebuah desa di provinsi Overijssel Belanda. Terletak di kotamadya Steenwijkerland, sekitar 5 km barat daya Steenwijk. Giethoorn digunakan untuk menjadi kota "bebas polusi", di Belanda dikenal sebagai "Venesia dari Utara" atau "Venesia dari Belanda".


Desa ini menjadi terkenal, terutama setelah 1958, setelah pembuat film Belanda Bert Haanstra membuat film komedi yang terkenal "Fanfare" di sana. Oleh karena itu, Giethoorn merupakan daya tarik wisatawan internasional yg terkenal di Belanda.


Di bagian tua di desa, tidak ada jalan (saat ini ada jalur bersepeda), dan untuk mengangkut semua kebutuhan dilakukan dari air di sungai2 yg sangat banyak. Danau di Giethoorn dibentuk dengan menggali gambut.

Giethoorn didirikan oleh buronan wilayah Mediterania di sekitar 1230 AD. Giethoorn adalah kotamadya terpisah sampai 1973, ketika itu menjadi bagian dari Brederwiede.

Inilah Lokasinya

http://www.zwaantje.nl/img/kaart-nederland_giethoorn.jpg


Jalanannya hanya diperuntukkan bagi pejalan kaki dan sepeda.



http://www.holandia.yoyo.pl/miasta/grafika/giethoorn2.jpg



Transportasi hanya menggunakan perahu.







http://images.dutchedpinay.multiply.com/image/9/photos/73/600x600/10/DSCF2907.JPG?et=9zk9f%2BASi22aWDt%2ConynSQ

 

Inilah tempat pembuatan perahunya.




Ini adalah lokasi terminalnya.




Transportasi umum yang ada disana (bisa disebut busnya).

http://cache.virtualtourist.com/1620208-GIETHOORN-Giethoorn.jpg


http://www.holland.com/uk/system/Images/tr_giethoorn_rondvaartboot_560x350_tcm503-138898.jpg


Lingkungan asri yang dihadirkan disana.









http://nemophila.web-log.nl/photos/uncategorized/giethoorn.jpg


http://travellingboard.net/wp-content/uploads/2009/07/holland-village2.jpg



Saat musim dingin tiba.

http://farm3.static.flickr.com/2646/3760835911_fb1c1f48c3.jpg



Sumber :
kaskus.us

Site search

    Get Free Music at www.divine-music.info

    Free Music at divine-music.info

    About